0

Hello!

Posted by Unknown on 18.48







H
ELLO
H E L L O
HELL
O
H
E
LLO



0

Krisis Kepercayaan

Posted by Unknown on 20.28 in

Hai.

Rasanya sudah begitu lama sejak terakhir kali aku menjamah halaman ini. Sibuk mungkin terdengar begitu klise karena toh nyatanya aku masih sempat bergentayangan di berbagai media yang lain. Hahaha.

Lantas, apa alasannya?

Uhm, lemme think...

.

.

.

Ah, sudahlah. Terkadang beberapa hal memang lebih baik dibiarkan tak terjawab, ne?

Belakangan ini aku menyempatkan diri untuk memikirkan kembali semua hal yang telah terjadi. Well, bukan berarti aku tak pernah berpikir tentang ini sebelumnya, hanya saja, kali ini terasa sedikit berbeda. Mungkin karena aku bisa menemukan deduksinya? Entahlah...

Ada petuah sakti yang telah dikumandangkan sejak jaman dahulu kala, “kepercayaan itu bagaikan gelas, sekali pecah akan sulit disatukan kembali”.

Itu benar. Ya... setidaknya itulah yang kurasakan. Dari dulu sampai sekarang, aku selalu bermasalah dengan menaruh kepercayaan pada orang lain. Rasanya begitu berat. Begitu menguras emosi. Karena bagiku, mempercayai orang itu sama beresikonya dengan menginvestasikan aset dengan bermain MLM.

Apa yang menjadi penyebab sukarnya rasa percaya terhadap orang lain?

Jika kujawab aku tak tau, apa itu salah? Karena... ya, aku tak tau alasannya hingga aku bisa tumbuh dengan penuh rasa tidak percaya. Padahal bisa dibilang, hubunganku dengan lingkungan sosialku tidaklah buruk. Aku bisa kok akrab sama orang. ‘Kagum’ sama orang tertentu. Tapi untuk percaya, itu beda persoalan.

Selalu, ketika aku hampir bisa membangun kepercayan pada orang tertentu, ada tsunami fakta yang dengan mudahnya meruntuhkan konstruksi kepercayaan itu.

Ah, iya. Mungkin rasa curigaku terhadap orang lah yang menjadi pemicu datangnya tsunami itu. Apalagi sama orang yang baru kenal. Beuh. Yang ada juga langsung kumpulin info sebanyak mungkin deh.

Susah. Rumit. Bingung cara ngilanginnya.

Ah, mbuhlah.

Tulisan ini kacau banget ya?

Bodo, deh.

Paipai.


(sign out)
  

0

1/2

Posted by Unknown on 13.47 in ,
Our passion has changed

Aku tidak menyalahkanmu. Sungguh. Aku pun mengerti dengan semua keadaanmu. Hanya saja mungkin saat ini aku masih butuh sedikit waktu untuk menyesuaikan diri. Beradaptasi dengan keadaan baru ini. Mengerti bahwa semuanya tak lagi sama seperti beberapa saat yang lalu...

It's no problem of mine
But it's a problem I find

Aku masih mengingatnya. Sekelumit kenangan masa lalu kita. Saat itu kita masih menguntai mimpi yang sama. Tersenyum di tengah terik matahari. Berlarian di kala rintik hujan menyapa bumi. Ah, kita berdua memang saling melengkapi. Bahkan aku berani bertaruh, duet maut antara Tsubasa Ozora dan Taro Misaki pun kalah jika dibandingkan dengan 'ikatan' kita. 

Sayang, perlahan tapi pasti kau menjauh. Melarikan diri dari tarik gravitasiku. Pada waktu itu, kau seperti ekor komet yang mejauhi matahari. Jujur, aku bertanya-tanya. Ada apa gerangan hingga kau menghindar dariku.

Apa kau bosan? 

Ataukah kau jenuh?

Pertanyaan-pertanyaan itu kutemukan begitu saja selaiknya dedaunan yang mudah dijumpai saat musim gugur tiba. Pertanyaan yang tak kunjung mendapat jawabannya.

Living a life that I can't leave behind

Aku terdiam. Sosokmu yang biasanya ada menemaniku yang memang cenderung apatis pada kata dan suasana kini lenyap. Tak ada lagi bahu untuk berbagi. Tak ada pula kata saling menguatkan diri. Kau tapaki jalan yang berbeda dariku. Sementara diriku masih terpaku pada kebiasaan usang yang memang harus selalu kulakukan.

Butuh lebih dari sekedar tamparan untuk menyadarkanku ketika itu. Agar aku bangkit. Agar aku sadar. Bahwa jalanan panjang masih terbentang. Masa depan terus menjerit. Meneriakkan kata-kata pedas bagi manusia tak berjiwa sepertiku.

And it's what nobody knows
Well, every day my confusion grows

Ketakacuhanku pada sekitar seperti bumerang bagiku. Aku merasa asing dengan semuanya karena dulu memang kau yang menjadi penuntun bagiku. Perantara bagi dunia abu-abuku dengan dunia liar luar sana.

Sial.

Setiap hari bersembunyi di balik topeng poker face ternyata amat melelahkan. Kewajiban berinteraksi dengan orang yang 'pura-pura' mengenalmu itu jauh lebih menguras energi dibanding lari mengelilingi lapangan setiap hari. Apalagi ditambah desakan mereka yang menuntut tanggung jawabmu. Itu benar-benar bukanlah hal yang mudah.

Ketika kebingungan ini memuncak, aku pun hanya mampu terpekur. Bertanya dalam diri, terbelit dalam pertanyaan tak berujung hingga akhirnya larut dalam arena paralel yang asing itu. Sebuah dunia yang telah kututup rapat-rapat beberapa saat lalu.

Satu hal yang membuatku akhirnya tersadar. Ketakutanku. Aku takut 'monster' itu kembali bangkit. Monster haus darah yang teramat jahat yang dulu sudah tersegel di sana.
.

.

.

Why can't we be ourselves like we were yesterday?

'Hei, kenapa kita tak bisa menjadi seperti yang dulu? Bukankah akan jadi menyenangkan kalau kita kembali bersama? Bersatu melawan arus, menemukan kebahagian dari hal tak terduga...' 

'Haha... Kau itu terlalu naive atau bodoh? Semuanya sudah berubah, nona! Kalau kau mau bertahan di dunia ini, berubahlah! Aku sudah muak dengan dirimu, dengan segala keanehanmu. Sungguh, aku sendiri tak habis pikir kenapa dulu aku bisa sampai sedekat itu denganmu.'

'...'

Konversasi terakhir kita lagi-lagi mencuat kepermukaan. Tampaknya ingatanku benar-benar tak mau berkompromi dengan meredam itu semua dan malah memunculkannya lagi dan lagi. Hah, kau benar. Ternyata memang benar semua sudah berbeda... 

Every time I see you falling
I get down on my knees and pray
................................................





A/N
gak tega bikin lanjutannya. masih satu tema sama yang terakhir. intinya tentang protes pada perubahan. bodoh kan? ah, sudahlah. itung-itung latihan biar ntar pas liburan gak kaku lagi jadi project yang sempet ilang bisa di-recover.

0

Road to Jateng Satu: Mau Dibawa Kemana Jateng Kita?

Posted by Unknown on 18.34 in ,
Sederetan warning:
Ehem.
- Judul nggak ada kaitan dengan isi,
- Saya TIDAK sedang berkampanye, kalau saya lagi kampanye pasti pp facebook saya pake gambar salah satu calon ._.
- Coretan singkat bin ngawur saya kali ini temanya agak berat, men! Jadi siapkan dulu sepiring rujak dan satu tube daktarin sebelum membacanya.

Pilkada Jawa Tengah tinggal menghitung hari. Pastinya para couple cagub-cawagub beserta para simpatisannya makin deg-degan. Lalu apa kabarnya para pemegang hak suara? Masihkah antusiasme kita terjaga? Atau justru jadi skeptic dengan semua opini dan janji yang terpampang gratis di tengah masyarakat?

Well, bermacam pendapat tentu banyak melayang bebas di benak masing-masing penduduk Jateng saat ini. Entah itu yang berupa hal-hal positif ataupun negatif. Tapi, apapun itu, kalau bisa sih jangan sampai mengurangi atau bahkan menghilangkan niatan mulia untuk ikut serta menyumbangkan suara dalam perhelatan akbar lusa.
Jikalau Jawa Tengah bisa bersuara, pastilah ia bakal berteriak dengan lantang, “SATU SUARAMU MENENTUKAN MASA DEPANKU!” *teriak pake megaphone

Ikut berpartisipasi dalam pemilihan suara mulai dari yang paling remeh temeh sampai yang oh-so-wow-urgent-sekali itu penting lohh… Penting banget malah. Saya nggak bakalan bahas gimana sih pentingnya ikut berpartisipasi dalam pemilu ini dari segi UUD dkk karena udah jelas banget kan, wong dulu pas jaman pendidikan dasar tiap hari juga disuruh ngapalin UUD. Nah, meskipun udah pada tahu gimana pentingnya, tapi kok masih ada juga orang yang milih untuk golput ya? Okelah, saya sadar itu HAM dan blah..blah..blah.. tapi pweaaase deh!
Beberapa kenalan saya pun ada yang memilih untuk jadi golput. Mereka keukeh banget sama tekadnya itu. Padahal itu kan rugi banget. Sumpah deh! Ah iya, saya pernah denger dari kaum mereka alasan kok mereka milih jadi golput. Katanya sih, “Buat apa ngasih satu suara buat orang yang gak bener-bener bisa mimpin?”

Nah loh!

Menurut saya kok itu alasan yang agak kurang manusiawi ya… Masalahnya mereka berkesan nge-pal (saya nggak tahu gimana istilah itu dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar) para calon pemimpin yang ada. Padahal kita kan belum tahu gimana sepak terjang mereka. Lagipula mimpin pemerintahan kan emang sulit. Menyatukan banyak kepala dalam satu visi. Pekerjaan berat itu, sob!

Ayolah.. jangan nethink mulu! Kalau bukan kita yang ngasih kesempatan dan kepercayaan buat mereka mimpin, siapa lagi? Tau deh, mereka gak perfect-perfect amat, tapi segosong-gosongnya makanan at least masih ada satu bagian keciiiil yang tetep edible kan? Lagipula, jika mereka maunya menunggu pemimpin yang baik dan 99,9999% bersih ya susah! Kita semua juga pengennya dapet pemimpin yang kayak gitu, tapi kan ya nggak langsung saklek gitu. Yakali, mau nunggu sampe juru adil turun baru ikut pemilu. Come on! Mumpung udah dapet hak pilih dipakai aja... Daripada mubadzir lohh. Dulu aja pas saya masih underage, saya pengen banget buruan seventeen-an biar bisa dapet KTP dan bisa milih. Masa’ sekarang pas udah dapet dibuang sia-sia? Ogah lah!

Sekali lagi saya tegaskan MARI MEMILIH! Jangan lupa juga Say NO to MONEY POLITIC! Oh iya, yang lebih penting lagi AYO SUKSESKAN UJIAN SEMANTICS!!! *abaikan yang terakhir -.-

“Generasi muda yang kece adalah generasi muda yang aktif dalam kehidupan bernegara termasuk ikut berpartisipasi dalam pemungutan suara”¾ads

Salam damai,
Ardis Septi ER

0

La Luciernaga

Posted by Unknown on 12.18 in

Fic gaje un!

Genre: H/C, Angst (?)
Ranjau typos
DLDR

Lagi-lagi kau meringkuk sendirian. Dipeluk bayang pepohonan yang semakin memanjang, menjauhi penerang semesta. Kau yang begitu perhatian pada duniamu, tiba-tiba ditinggalkan oleh semuanya. Atau justru kau yang sebenaranya meninggalkan mereka? Ah, entahlah. Aku sama sekali tak tahu menahu tentang permasalahan itu. Yang aku adalah sosokmu sekarang yang begitu pekat dengan aroma kegelapan. Sendirian. Diam.

Tak terlihat setetes pun air mata keluar dari kantung air matamu. Begitu kering matamu. Hanya ada tatapan kosong yang entah kau tujukan pada siapa. Hei, bukankah kau seharusnya menangis meraung-raung? Atau setidaknya kau menyumpah serapahi mereka yang meninggalkanmu setelah semua yang telah kau berikan pada mereka? Ayolah, lebih baik kau meluapkan semua emosimu. Itu lebih baik bagiku. Sungguh. Aku lebih memilih untuk melihatmu menjerit-jerit seperti psikopat yang kehilangan mangsanya daripada melihatmu hanya meringkuk diam seperti itu.

Pesona jiwamu perlahan memudar. Terbawa embusan angin yang ditiupkan oleh dedaunan sialan itu. Jujur, aku takut. Aku takut jika nantinya kau benar-benar kehilangan akal sehatmu dan menjadi makhluk tak berjiwa. Kekecewaan yang begitu dalam menggores sanubarimu yang begitu rapuh. Tidak hanya sekali, aku tahu. Dulu kau juga sudah pernah mengalaminya. Tapi seharusnya kau bisa belajar dari kesalahan kan?

Berkali-kali sudah hatimu berbisik kepadamu, ‘Jangan terlalu mendedikasikan kehidupanmu pada duniamu.’Tapi logikamu, yang saat itu tengah berada di puncak kegembiraan, tak mampu mendengar desisan halus itu. Kau pikir semua hal yang kau temui itu baik, tulus, dan suci. Hingga tibalah saat itu. Kau yang terlanjur terbiasa dengan semua kepalsuan mereka yang terbungkus begitu rapi mengetahui fakta kebusukan mereka. Dengan berdalih tidak adanya kesamaan passion,mereka hengkang dari kehidupanmu dan membawa keping kehancuranmu untuk ditertawakan.

Kepolosan pemahamanmu akan dunia bawah membuatmu terjerumus dalam lembah kekecewaan. Lembah kejam yang berisi sulur-sulur kesedihan. Menelikungmu yang tanpa pertahanan.

Ingin sekali aku membebaskanmu dari jeratan dunia itu. Sayang, aku hanyalah seekor kunang-kunang. Makhluk tak bertuan yang akan kehilangan separuh kekuatan ketika raja siang datang. Aku yang sudah lama mengamatimu sungguh paham yang kau rasakan. Sendirian memang tak pernah nyaman, tapi lebih tak nyaman lagi jika berpasangan dengan orang tak berperasaan.

Kulirik kau sekali lagi.Masih tetap meringkuk tenang dengan tatapan menerawang. Hingga kulihat sebuah keganjilan.

Seukir senyum tipis menyelinap di penghujung bibirmu.  

Entah itu senyum kebahagiaan atau justru iblis yang bersemayam di dalam dirimu mengalami kebangkitan?



FIN


0

Dilema, huh?

Posted by Unknown on 11.09 in ,

Warning: Apa yang saya tulis di sini sekedar coretan penghilang frustasi belaka tanpa adanya keinginan untuk memojokkan suatu hal apapun.

Tinggal menghitung jam untuk sampai pada penghujung liburan, dan YA, SAYA FRUSTASI!!! Frustasi kenapa? Liburan mau abis? Err.. itu salah satu alasannya sih. Tapi sebenernya ada sesuatu yang lebih membuat saya frustasi, khususnya beberapa waktu yang lalu. Kefrustasian ga jelas saya kali ini disebabkan oleh sebuah lagu jawa—ehm, gending lebih tepatnya— yang berjudul Kebo Giro.

Jujur ya, saya itu bukan seorang yang ‘mudeng’ dalam dunia musik, tapi, yap, saya suka berbagai jenis musik. Dan kebanyakan dari itu merupakan hasil dari iseng-iseng (gak) berhadiah aja. Intinya gini deh, walopun saya banyak komen terhadap sebuah lagu, misalnya aja nih masalah liriknya yang cengeng banget, tapi sebenernya saya itu memandang semua lagu dari grey zone pov. Gak cuma lagu sih, hampir setiap masalah saya biasanya emang make sudut pandang ini. Ya, bukannya gimana-gimana, tapi saya selalu mencoba untuk tidak memberikan judgement secara sepihak aja. Hehehe.

Back to Kebo Giro!


Entah kenistaan macam apa yang selalu mampir di otak saya ketika saya (gak sengaja) dengerin gending ini. Yang jelas, tiap lagu sakral ini berkumandang, grey zone pov saya selalu lenyap begitu saja. Musnah. Tak menyisakan apapun lagi. Well.. ada sih yang tersisa, yaitu rasa HERAN, TERNGANGA, dan PERASAAN BEGO yang langsung mengharu biru. Lah, gimana nggak? Dari judulnya aja udah bikin saya emosi tingkat Taman Kanak-kanak. Kebo Giro. Apaan coba? Nama kebo dibawa-bawa.. mana ini dipake pas acara kawinan lagi. Emang dipikir pengantennya kayak kebo gitu?? *emosi* Orang udah cakep-cakep dandan juga masih aja disandingin sama kebo -.-

Yang kedua nih ya, mana LIRIKnya??? Demi anaknya Anggun yang doyan makan nasi di Perancis sono ya, saya udah googling berkali-kali buat nyari lirik lagu ini. Dan hasilnya... nihil! Ngenes bangett.. Abis googling ga bisa, saya akhirnya mutusin buat sok-sokan listening gitu.. Siapa tau saya bisa bikin transkripnya. Tapi nyatanya... ampe kuping saya dikolokin pake linggis pun juga saya tetep gak nangkep sama lirik lagu itu. Yang ada juga saya dengernya ‘ngiiiing..ngiiinggg..ngiiiiiing’. Ini kuping saya yang bermasalah, kemampuan listening saya yang ngenes, atau emang lagu itu tak berlirik?? And.. surprise~! Setelah ngalor ngidul bertapa dan nanya narasumber serta memutuskan hubungan sementara dengan om google (kali ini saya lebih milih nanya orang yang nyata dan ada di depan saya) ternyata emang itu ga ada liriknya -______- To be honest, fakta ini bikin kucing liar yang sering mampir ke rumah saya langsung ngelahirin. Oke, ini lebay. 

Dan yang terakhir nih, masalah soul. Udah saya bilang kan di atas kalo saya itu orangnya suka komen dan rewel mengenai interpretasi makna dan ‘jiwa’ dalam sebuah karya, musik khususnya? Baik itu yang berlirik ataupun hanya instrumen. (oke, saya emang orangnya banyak rewel! Puas?) Untuk poin terakhir ini, saya bela-belain buat adu otot argumen sama Bapak saya. Setelah berjam-jam berseteru dengan cara yang sama sekali ga elit, akhirnya saya bisa menarik benang hijau, eh, merah dalam perdebatan ini. Kesimpulannya satu. MERINDING. Sayangnya interpretasi merinding antara saya dan bapak saya ini beda. Kalo bapak saya bilang merinding saking syahdu, menggetarkan jiwa, dan menggelorakan emosi dalam hati, maka saya bilang saya merinding karena TAKUT! Hahaha.. alasan yang pertama, saya takut sama musiknya, dan yang kedua....ini yang paling penting nih, saya takut disemprot sama BAPAK kalo saya ngeyel bilang lagu ini aneh, fufufufu.. *pundung*

Halahhh.. ya wis ben lah.. (kalimat andalan saya nih :p) apapun itu, saya akan berusaha menghargainya. Toh, mau gak mau pun emang harus kayak gitu kan? (yelling: I LOVE MY ANCESTOR’S CULTURES~)
Seperti yang saya udah tulis di atas, saya nulis ini sekedar buat penghilang frustasi belaka tanpa adanya keinginan untuk memojokkan suatu hal apapun. No offense at all, sumpah deh ^^v. Daannn.. kalo ada yang bisa membenarkan pandangan nyleneh bin ngawur saya tentang Kebo Giro ini, I do really appreciate it..

See you on my next, err, celotehan(?)

Love,

A 


0

Bulatkan Tekadmu, eh?

Posted by Unknown on 08.26 in ,
Dua hari yang lalu saya baru aja nyelesaian tugas kenegaraan yang teramat sangat penting (baca: bayar kos sama KRSan). Dua hal tersebut merupakan hal -err cukup membuat saya merasa kerepotan karena otomatis liburan saya yang begitu khidmat dan agung menjadi terganggu. Tapi yaa mau gimana lagi.. itu satu-satunya cara agar saya bisa melanjutkan kehidupan perkuliahan saya dengan tenang dan damai bahagia sehat sentausa.

Sebenernya kalo cuma bayar kos sih enteng yak, bisa sehari langsung kelar. Tapi...yang satunya itu tuh yang bisa bikin saya keki abis-abisan! Paling males deh kalo harus nemuin yang terhormat dosen wali buat minta persetujuan krs sambil ngambil khs. Rempongnya itu loh yang bikin kagak nahan.. hhhhh

Awalnya sih semua lancar, sampai pas saya mau minta tanda tangannya The Majesty ternyata..... si bapak udah balik! Padahal udah perjuangan banget tuh buat nge-print. Pake ngelawan jutsu seribu virus lagi, huaaaa.. 

Akhirnya saya dan temen-temen mutusin buat ngotot nunggu si bapak buat minta tanda tangan. Yaa siapa tau aja si bapak bakal nongol lagi gituu.. Tik..tik..tik.. Gak terasa udah berjam-jam kami nunggu, dan yaahh.. we could not find our happy ending, yet! Berhubung hari udah sore, kita pun mutusin dengan amat sangat berat hati buat nginep di kost, iuuhh.. kalo gak kepepet males deh, mana malemnya jadi batal nonton Naruto the Movie lagi u,u 

Pagi pun menjelang (kegiatan malam hari ga usah diceritain lah yaa :p). Dengan semangat menggebu kami balik lagi ke kampus buat nyoba peruntungan bisa ketemu pak dosen. Sampe kampus langsung nyamperin singgasana kehormatan si bapak yang ternyata masih kosong. Capek nunggu, tempat resepsionis pun jadi persinggahan kami selanjutnya. Si ibuk yang baik hati yang ragu akan asumsi jawabannya punya ide buat nelpon seseorang yang diyakini pasti mengetahui keberadaaan si bapak. Kami tegang. Deg-degan. Keringat dingin mengucur. Jantung jumpalitan. Kami pun koprol. Oke, coret yang terakhir! Gagang telepon ditutup. Ibu resepsionis itu masang senyum-yang-sumpah-mencekam-banget. "Pak xxx ga ada jadwal hari ini mbak.."

'doeng!'

Daun-daun pun berguguran, angin berhembus begitu kencangnya, dan kami mematung.
Alamak! Miapah bangettt.. Kalo ga inget saat itu saya lagi di kampus mungkin saya udah ngunyah pohon palem deh =.= Bete, jelas. Ga usah ditanya lagi lah ya gimana keselnya. Udah kebayang aja nih di otak bakal nginep semalem lagi di kostan. Oh, no! 

Untung seribu untung saya punya temen yang baiknya sumpah deh, baiiiikkkkkkk banget.. mereka mau-mau aja nolongin buat saya titipin tanda tangan si bapak, hahahaha.Yah, sebenernya gambling juga sih, soalnya kan beliau itu rada-rada angel sama masalah titip menititip. Dengan tekat sebulat bumi, saya dan satu temen saya nekat pulang. Sabodo teuing dah sama urusan tanda tangan, yang penting mah udah dapet persetujuan.

Tapi ternyata....jeng-jeng-jeng..

Mereka berhasil buat ngedapetin tanda tangan beliau!! Dora pun menyanyikan anthemnya saat berhasil menyelesaikan misi sambil goyang itik. Entah, make pelet apa saya ga tau dan ga gitu peduli, yang penting urusan bisa beres, kekeke..

Akhirnya deh ya, akhirnya.. Perjuangan menuntaskan misi kenegaraan itu pun memperoleh satu happy ending. Dan pastinya.. Hontou ni arigatou gozaimashita buat kawan-kawankuuu.. Finally.. saya pulaaaang denga tenang mameeen..



Ini nih para heroines dan hero saya.. :D

 gani

 icin


deni


Ehm.. pesan moral yang saya dapet dari pengalaman ini adalah.. udahh.. kalo mau nekat 'nakal' mah sekalian aja, biar Tuhan juga meridhoi.. kalo kita yakin, pasti deh hasilnya malah positif, hahaha *plaaakk
Sekali lagi nuhuuun sanget yak temaaaans~ :D
Saranghae~ :p :p


Love,

A


Copyright © 2009 my sky All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.