0
1/2
Our passion has changed
Aku tidak menyalahkanmu. Sungguh. Aku pun mengerti dengan semua keadaanmu. Hanya saja mungkin saat ini aku masih butuh sedikit waktu untuk menyesuaikan diri. Beradaptasi dengan keadaan baru ini. Mengerti bahwa semuanya tak lagi sama seperti beberapa saat yang lalu...
It's no problem of mine
But it's a problem I find
Aku masih mengingatnya. Sekelumit kenangan masa lalu kita. Saat itu kita masih menguntai mimpi yang sama. Tersenyum di tengah terik matahari. Berlarian di kala rintik hujan menyapa bumi. Ah, kita berdua memang saling melengkapi. Bahkan aku berani bertaruh, duet maut antara Tsubasa Ozora dan Taro Misaki pun kalah jika dibandingkan dengan 'ikatan' kita.
Sayang, perlahan tapi pasti kau menjauh. Melarikan diri dari tarik gravitasiku. Pada waktu itu, kau seperti ekor komet yang mejauhi matahari. Jujur, aku bertanya-tanya. Ada apa gerangan hingga kau menghindar dariku.
Apa kau bosan?
Ataukah kau jenuh?
Pertanyaan-pertanyaan itu kutemukan begitu saja selaiknya dedaunan yang mudah dijumpai saat musim gugur tiba. Pertanyaan yang tak kunjung mendapat jawabannya.
Living a life that I can't leave behind
Aku terdiam. Sosokmu yang biasanya ada menemaniku yang memang cenderung apatis pada kata dan suasana kini lenyap. Tak ada lagi bahu untuk berbagi. Tak ada pula kata saling menguatkan diri. Kau tapaki jalan yang berbeda dariku. Sementara diriku masih terpaku pada kebiasaan usang yang memang harus selalu kulakukan.
Butuh lebih dari sekedar tamparan untuk menyadarkanku ketika itu. Agar aku bangkit. Agar aku sadar. Bahwa jalanan panjang masih terbentang. Masa depan terus menjerit. Meneriakkan kata-kata pedas bagi manusia tak berjiwa sepertiku.
And it's what nobody knows
Well, every day my confusion grows
Ketakacuhanku pada sekitar seperti bumerang bagiku. Aku merasa asing dengan semuanya karena dulu memang kau yang menjadi penuntun bagiku. Perantara bagi dunia abu-abuku dengan dunia liar luar sana.
Sial.
Setiap hari bersembunyi di balik topeng poker face ternyata amat melelahkan. Kewajiban berinteraksi dengan orang yang 'pura-pura' mengenalmu itu jauh lebih menguras energi dibanding lari mengelilingi lapangan setiap hari. Apalagi ditambah desakan mereka yang menuntut tanggung jawabmu. Itu benar-benar bukanlah hal yang mudah.
Ketika kebingungan ini memuncak, aku pun hanya mampu terpekur. Bertanya dalam diri, terbelit dalam pertanyaan tak berujung hingga akhirnya larut dalam arena paralel yang asing itu. Sebuah dunia yang telah kututup rapat-rapat beberapa saat lalu.
Satu hal yang membuatku akhirnya tersadar. Ketakutanku. Aku takut 'monster' itu kembali bangkit. Monster haus darah yang teramat jahat yang dulu sudah tersegel di sana.
.
.
.
Why can't we be ourselves like we were yesterday?
'Hei, kenapa kita tak bisa menjadi seperti yang dulu? Bukankah akan jadi menyenangkan kalau kita kembali bersama? Bersatu melawan arus, menemukan kebahagian dari hal tak terduga...'
'Haha... Kau itu terlalu naive atau bodoh? Semuanya sudah berubah, nona! Kalau kau mau bertahan di dunia ini, berubahlah! Aku sudah muak dengan dirimu, dengan segala keanehanmu. Sungguh, aku sendiri tak habis pikir kenapa dulu aku bisa sampai sedekat itu denganmu.'
'...'
Konversasi terakhir kita lagi-lagi mencuat kepermukaan. Tampaknya ingatanku benar-benar tak mau berkompromi dengan meredam itu semua dan malah memunculkannya lagi dan lagi. Hah, kau benar. Ternyata memang benar semua sudah berbeda...
Every time I see you falling
I get down on my knees and pray
................................................
A/N
gak tega bikin lanjutannya. masih satu tema sama yang terakhir. intinya tentang protes pada perubahan. bodoh kan? ah, sudahlah. itung-itung latihan biar ntar pas liburan gak kaku lagi jadi project yang sempet ilang bisa di-recover.